Lambang Sekolah
Semua Pasti Bisa
Di dunia ini tidak ada sesutu yang tidak bisa kecuali yang memang tidak mungkin. Coba dan cobalah terus, jangan pernah menyerah dan mudah putus asa. Kegagalan adalah pengalaman yang terbaik untuk meraih kesuksesan. Orang yang gagal dan mau memperbaiki apa penyebab kegagalannya masih lebih baik daripada orang yang sukses tapi tidak mengetahui bagaimana mereka menuju kesuksesannya.
Bahan Pelajaran
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 20 Januari 2013
CARA TERBAIK MENGENDALIKAN ANAK
20.58 |
Diposting oleh
UPT SMPN 1 DASUK
CARA TERBAIK MENGENDALIKAN ANAK
Banyak orangtua dan guru
yang mengikuti seminar saya berkomentar “Oke, teknik yang Anda berikan
untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa
menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya “Apa
sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan
pada mereka ?”. Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana
mengendalikan perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda
pahami dahulu.
Banyak dari orangtua dan guru
bertanya dalam pikiran mereka sendiri :
1.
Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa
depannya?
2.
Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk
akal (guru dan orangtua)
3.
Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun
sudah diingatkan berkali-kali?
4.
Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi
oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?
Nah,
pertanyaan utama : bagaimana mengendalikan perilaku dan pemikiran mereka?
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.
Dalam kondisi
emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan
titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya jika kita
mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka
akan terbuka dan mendengarkan saran logis dari kita. Anak –anak dan remaja akan
melakukan sesuatu jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau
hatinya.
Sebelum
melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam
menghadapi masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak
kepala kita umumnya ada 3 hal, yaitu :
1.
Memberi Nasihat, misal: “saya tadi
berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya“apa-apaan kamu ini
sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang
menyelesaikan masalah dengan berantem”
2.
Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di
sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang
menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
3.
Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo
dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar
anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas
disekolah”.
Setelah
melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan
atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau
mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang terjadi
pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih
marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua
nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di“gubrak”.
Cara terbaik
untuk mengendalikan anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan
beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri.
Caranya adalah:
1.
Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan
tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan).
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya.
Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka
dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay,
begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita
orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan
menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan
menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan
yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas
(saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka
dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya
dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk
berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon
kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”
2.
Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini
penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti
apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi
mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi
yang umumnya dialami oleh manusia.
Nama Emosi dan Makna-nya :
1.
Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
2.
Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil
terhadap orang lain
3.
Takut - Kita diharapkan antisipasi karena
sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
4.
Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali
dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
5.
Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa
terwujud
6.
Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa
berharga
7.
Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang
bermakna bukan hanya sekedar berteman
8.
Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar
sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
9.
Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan
mendapatkan tantangan baru
10.
Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan
dan harus segera dihentikan
11.
Depresi - Sesuatu yang terlalu menyakitkan
dan harus segera dihentikan
Baiklah kita
mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni
tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama
papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri
saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang
dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata
anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya
bagaimana? “Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama
Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu
tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi
sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama
bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?” Biarkan anak
memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas dan gunakan untuk
berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang dialami anak.
Dengan turut
mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri
maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri
dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk
terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak
akan terbentuk dengan baik.
Sampai kini,
kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita,
betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar
dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut
anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah
Papa/Mama usul?” setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda
rasa paling mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua,
kita tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan
nilai, norma yang berlaku di lingkungan sosial maka kita
bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah
dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai
anak.
Pintu gerbang
kekerasan hati anak akan terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak
kita, dan anak akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya
yang paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan
masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.
Saya paham
cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga
butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu” untuk suatu hasil yang
istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak
sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita?
Sabtu, 19 Januari 2013
SELAMAT TAHUN BARU
09.44 |
Diposting oleh
UPT SMPN 1 DASUK
SELAMAT TAHUN BARU UNTUK SEMUA..
»» Selengkapnya......
- Malam pergantian dan tahun baru menurut islam diartikan hijrah dari yang tidak baik menjadi baik. Alangkah lebih baiknya kita merenung dan mengingat-ingat hal apa saja yang sudah kita lakukan dalam setahun kebelakang dan membuat diri kita mau untuk membuat perubahan di tahun berikutnya.
- Sudah benarkan jalan hidup anda selama ini? lalu apakah sudah anda dapatkan kebahagiaan. Bila jawabannya tidak artinya usaha anda dalam memperbaiki satu tahun yang lalu tidak ada artinya, maka berhenti mengeluh dan lakukan perubahan nyata.
- Jangan bertanya apa yang sudah orang lain berikan tetapi tanyakan apa yang sudah kita berikan pada diri kita.
- Insya Allah pemahaman baru akan kita temukan di tahun 2013 seiring dengan bertambahnya usia dengan kemantangan pola pikir kita. Mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang lebih berhati-hati dalam bertindak serta semangat etos kerja yang lebih baik di mulai dengan hari ini.
Kesalahan Orang tua dalam mendidik anak
09.28 |
Diposting oleh
UPT SMPN 1 DASUK
Masa remaja adalaha masa perkembangan
psikologis anak untuk menjadi seorang anak yang mulai tumbuh dewasa atau biasa
dikenal dengan masa peralihan dari masa keanak-anak menjadi orang dewasa.
Dimasa ini anak remaja biasanya sukanya meniru gaya atau stile orang yang
dikaguminya sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan bimbingan dari orang tua
agar anak remajanya tidak salah gaya yang dapat membuat rusak untuk masa
depannya.
Tapi kebanyak orang tua tidak mengetahui
dalam mendidik anak remaja mereka tidak tau bakat apa yang dimiliki anaknya
sehingga bakat anaknya itu terkandas karena kesalahan dari orang tua.
Olehnya itu berikut beberapa kesalahan orang tua dalam
mendidik anak remaja mereka:
1.
Salah persepsi
Seringkali orang tua menanamkan persepsi
yang salah tentang diri sendiri juga persepsi tentang keberhargaan diri dalam
diri anak anaknya baik secara sadar attau tidak sadar hal ini mempengaruhi
pertumbuhan psikologis anak. Ketika orang tua mengajarkan persepsi yang salah
kepada diri anak, sebenarnya saat itulah orang tua sedang menanam ranjau ranjau
psikologis yang sewaktu waktu dapat meledak.
Persepsi salah yang seperti apakah yang
sering dan tanpa disadari dilakukan orang tua kepada anak anaknya..? Contoh
kecil saja, banyak orang tua yang memaksakan anaknya harus baik dalam segala hal.
Adalah menjadi kebanggaan dan keberhargaan diri bagi orang tua jika anak
anaknya memiliki prestasi diatas rata rata teman teman lainnya.
Orang tua sering menganggap buruk
terhadap anak laki-laki yang mengekspresikan emosi negative, orang tua juga
sering meminta anaknya untuk tidak melakukan kesalahan bahkan menurut orang tua
meminta pertolongan adalah salah dan memalukan.
Ibarat bom waktu, seorang anak bukan
saja membutuhkan perhatian, pujian, dan teguran. Keseimbangan akan hal itu akan
membuat sang anak merasa dicintai dan dikasihi. Namun sayang karena kesibukan
perkerjaan dan rutinitas banyak orang tua membiarkan anak anaknya tumbuh dengan
sendirinya sehingga ketika masalah timbul barulah sang orang tua sibuk mencoba
menjadi orangtua yang baik atau bijaksanana.
Kesibukan orang tua kadang membuat
mereka tak ada waktu lagi untuk anak anaknya, tak ada waktu lagi menemani
belajar, bahkan tak ada waktu lagi bersenda gurau. Bahkan kadang lupa memberi
apresiasi kepada anaknya yang berprestasi, baru ketika anak berbuat salah maka
orang tua sibuk memberikan perhatian dan sok bijak.
2.
Tidak Konsisten
Adalah perangkap masalah umum ketika
orang tua tidak lagi konsisten dalam mengasuh anak. Para orang tua memiliki
berbgai macam alasan untuk membenarkan ketidak konsistenan terhadap anak
anaknya. Apapun alasannya, ketidak konsintenan dapat memperbesar variasi prolem
terhadap perilaku anak anaknya. Lalu muncul pertanyaan pertanyaan pada diri
saya “manakah yang lebih baik anak anak tumbuh di dalam keluarga otoriter atau
permisif…? Sebenarnya yang terpenting adalah adanya aturan yang bisa di
prediksi dan konsisten.
3.
Komunikasi tertutup
Komunikasi adalah hal atau faktor
terpenting dalam mengasuh dan mendidik anak anaknya. Jika anak anak berpikir
bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tua mereka tentang perasaan dan hidup
mereka, Jika ketika mereka berhasil atau gagal bisa dan mampu menyampaikan
secara terbuka kepada orang tuanya, dengan begitu mereka akan merasa dimiliki
dan diperhatikan. Sehinga anak anak akan merasa bermakna bagi diri juga orang
tuanya.
4.
Problem solver
Banyak anak dan remaja sekarang menjadi
anggota generasi bingung, kalau mau ditelusuri ke latar belakang pengasuhan
mereka, biasanya ditemui bahwa orang tua mereka kebanyakan berfungsi sebagai
problem solver bagi anak anaknya. Akibatnya anak anak mereka mengalami
over-provided dan hidupnya menjadi pasif. Lalu apa alasan orang tua menjadi
problem solver..? Alasan klasiknya adalah orang tua ingin membahagiakan anak
anaknya, orang tua tak ingin anaknya mengalami masalah dalam hidupnya.
5.
Tidak ada keteladanan
Seringkali orang tua menggunakan teknik
dalam membangun dan mendidik anak anak dengan cara memerintah, meminta anak
anaknya melakukan apa yang di katakan, padahal hal yang tak kalah pentingnya
keteladanan memberikan pengaruh yang sangat kuat dan positif. Anak anak perlu
diberi contoh, dan bukan dengan diperintah. Contoh kecil, banyak orang tua
berharap anak anaknya cerdas, lalu para orang tua memerintahkan anaknya untuk
belajar apapun dan bagaimanapun caranya. Mungkin dengan memberi contoh dan
mengajaknya belajar akan beda, karena penerimaan anakpun akan merasa dirinya
diperhatiakan orang tuanya.
6.
Pilih waktu untuk bermain dengan anak anak
Sebagai orang dewasa kadang para orang
tua lupa bagaimana menjadi seorang anak kecil. Banyak orang tua terjebak dalam
kesibukan sehari hari untuk mencari nafkah dan membayar cicilan rumah, tapi
banyak orang tua lupa bahwa anak anak juga butuh bermain. Anak anak butuh
berfantasi dan mengembangkan kreatifitasnya. Jangan sibukkan anak anak dengan
berbagai macam les sepanjang minggu. Niatnya baik tapi belum tentu caranya
benar, kadang les yang tidak disukai anak tidak menyelesaikan persoalan justru
menambah persoalan bagi si anak.
Rabu, 29 Agustus 2012
Acara Halal Bihalal guru dan seluruh siswa SMPN 1 Dasuk
09.36 |
Diposting oleh
UPT SMPN 1 DASUK
di hari yang fitri ini keluarga besar SMPN 1 Dasuk mengadakan acara Hallal Bihalal bersama guru dan siswa.
pada,
Hari : Senin
Tanggal : 27 Agustus 2012
Tempat : SMPN 1 Dasuk
semoga amal dan ibadah kita diterima Allah, SWT.
»» Selengkapnya......
pada,
Hari : Senin
Tanggal : 27 Agustus 2012
Tempat : SMPN 1 Dasuk
semoga amal dan ibadah kita diterima Allah, SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)
DAFTAR ISI
Salam Pendidikan
Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Hari ini adalah perjuangan, kemarin adalah masa kenangan, hari besok adalah impian. Berbuatlah mulai hari ini. Tiada kamus terlambat untuk berbuat, dan berbuat baik. Jadilah yang terbaik pada hari ini dan hari besok
Cara Mengirim Posting Ke Blog Sekolah, kirim via Email ke :
smpndasuk.resmi@
blogger.com
Kiriman posting akan disensor terlebih dahulu oleh Admin, tanpa mengurangi
isi dari postingan atau berita yang anda kirim.
Bagi pembaca tulislah komentar di akhir bacaan, Saran dan kritik membangun
kami tunggu.
Terima kasih atas partisipasinya.
Admin